7 Prajurit Paling Hebat Yang Mati di Medan Pertempurann
Sabtu, 26 Februari 2011
Prajurit atau yang biasa disebut dengan serdadu ialah anggota angkatan perang yang dimiliki oleh sebuah negara. Prajurit adalah sekumpulan pasukan yang berada paling depan apabila sedang mengalami pertempuran dan prajurit bisa dikatakan sebagai ujung tombak dari sebuah pasukan. Apabila tidak ada sekumpulan prajurit dalam sebuah pasukan, maka bisa dipastikan pasukan tersebut akan hancur lebur diserang oleh musuh.
Di Indonesia sendiri, prajurit diidentikan dengan seorang tentara yang berpangkat paling bawah dijajaran TNI. Tapi walaupun prajurit adalah seorang dengan pangkat paling bawah, tapi tanpa mereka, sudah pasti negara kita akan hancur apabila diserang oleh negara lain.
Di Indonesia sendiri, prajurit diidentikan dengan seorang tentara yang berpangkat paling bawah dijajaran TNI. Tapi walaupun prajurit adalah seorang dengan pangkat paling bawah, tapi tanpa mereka, sudah pasti negara kita akan hancur apabila diserang oleh negara lain.
Berikut ini kami sajikan ke-7 prajurit paling hebat yang mati dimedan pertempuran versi Assant Magazine :
7 : Agis III Of Sparta (331 sm)
Pada tahun 338 SM, Agis menggantikan posisi ayahnya sebagai raja, saat itu kebetulan Alexander Yang Agung sedang berperang dengan Kaisar Darius III. Karena Agis pada waktu itu berpikiran kalau waktu itu adalah waktu yang tepat untuk meluaskan kekuasaan, ia lalu membangun satu bala tentara dan mulai memobilisasi prajuritnya ke Athena, Yunani.
Karena kalau dipikir-pikir pasukannya bukan berasal dari orang-orang sembarangan, Alexander lalu mengirimkan beberapa jenderal terbaiknya beserta 40.000 prajurit untuk menahan laju para pasukan Spartans yang merupakan musuh dia pada saat itu. Di sebuah medan pertempuran, tepatnya di luar kota Megalopolis, dua kubu itu lalu bertemu dan menjadikannya sebagai salah satu peperangan terbesar sepanjang sejarah Yunani.
Walaupun tidak sebanding karena diibaratkan seperti 2 melawan 1. Agis rupanya pantang mundur, ia terus maju menghajar semua orang yang ada didepannya, tidak perduli seberapa banyak kerumunan itu, sebelum akhirnya ia mendapatkan luka parah disekujur dada, kepala dan kaki.
Karena dikira pemimpinnya telah tewas, beberapa pengawal Agis kemudian mengevakuasi tubuhnya kepinggir daerah pertempuran. Tapi ternyata Agis masih mempunyai sedikit kekuatan, ia bangung lalu melihat sekelilingnya. Dia berpikir kalau dia tidak akan membiarkan dirinya terbaring disini sementara prajuritnya berjuang mati-matian melawan musuh. Dia lalu memerintahkan anak buahnya untuk mundur sementara ia menahan laju serangan musuh, sendirian.
Hampir tidak bisa berdiri dan berlumuran darah, Agis menggunakan sisa-sisa kekuatan terakhirnya. Ia lalu mengambil pedang dan perisai miliknya dan maju kembali menahan serangan musuh. Para Macedonians itu lalu mundur perlahan-lahan, menyadari tidak ada seseorang yang berani mendekatinya. Salah satu jenderal memerintahkan anak buahnya untuk melempar sebuah tombak dan tak disangka tombak itu tepat mengenai badan agis dan dia tewas seketika. Pengorbanannyapun tidak sia-sia karena sebagian prajuritnya yang bertahan berhasil mundur dengan selamat.
Karena kalau dipikir-pikir pasukannya bukan berasal dari orang-orang sembarangan, Alexander lalu mengirimkan beberapa jenderal terbaiknya beserta 40.000 prajurit untuk menahan laju para pasukan Spartans yang merupakan musuh dia pada saat itu. Di sebuah medan pertempuran, tepatnya di luar kota Megalopolis, dua kubu itu lalu bertemu dan menjadikannya sebagai salah satu peperangan terbesar sepanjang sejarah Yunani.
Walaupun tidak sebanding karena diibaratkan seperti 2 melawan 1. Agis rupanya pantang mundur, ia terus maju menghajar semua orang yang ada didepannya, tidak perduli seberapa banyak kerumunan itu, sebelum akhirnya ia mendapatkan luka parah disekujur dada, kepala dan kaki.
Karena dikira pemimpinnya telah tewas, beberapa pengawal Agis kemudian mengevakuasi tubuhnya kepinggir daerah pertempuran. Tapi ternyata Agis masih mempunyai sedikit kekuatan, ia bangung lalu melihat sekelilingnya. Dia berpikir kalau dia tidak akan membiarkan dirinya terbaring disini sementara prajuritnya berjuang mati-matian melawan musuh. Dia lalu memerintahkan anak buahnya untuk mundur sementara ia menahan laju serangan musuh, sendirian.
Hampir tidak bisa berdiri dan berlumuran darah, Agis menggunakan sisa-sisa kekuatan terakhirnya. Ia lalu mengambil pedang dan perisai miliknya dan maju kembali menahan serangan musuh. Para Macedonians itu lalu mundur perlahan-lahan, menyadari tidak ada seseorang yang berani mendekatinya. Salah satu jenderal memerintahkan anak buahnya untuk melempar sebuah tombak dan tak disangka tombak itu tepat mengenai badan agis dan dia tewas seketika. Pengorbanannyapun tidak sia-sia karena sebagian prajuritnya yang bertahan berhasil mundur dengan selamat.
6 : Sempronius Densus (69 sm)
Densus adalah seorang veteran perang yang kemudian menjabat sebagai pengawal pribadi Kaisar Galba. Satu hal yang perlu dicatat adalah kalau Densus tidak mengetahui seluk beluk sang kaisar secara penuh. Yang dia tahu adalah bahwa profesinya adalah untuk menjaga kaisar dari berbagai bentuk serangan dengan cara apapun.
Akhirnya, saat itu ternyata sedang terjadi pemberontakan dikerajaan. Para prajurit yang ada semuanya menjadi pemberontak, diotak mereka hanya ada satu kata yaitu "Kaisar Galba Harus Mati!". Densus yang waktu itu bertugas menjaga istana kemudian melihat sekerumunan prajurit pemberontak dengan tampang bengis berjalan menuju istana. Mencium sesuatu yang tidak beres, ia lalu mencoba menghalau sekerumunan orang itu dengan tongkat kayunya dan memerintahkan mereka semua untuk mundur.
Menyadari kalau kerumunan orang haus darah itu tidak akan takut cuma karena sebatang tongkat, dia lalu menghunuskan Pugio miliknya (pugio ialah sebuah pisau yang panjangnya tidak lebih dari setengah pedang prajurit Romawi) dan berteriak sekali lagi memerintahkan mereka untuk mundur. Namun rupanya para pemberontak itu tetep maju dan Densus tidak ada pilihan lain.
Hampir terkepung, Densus melawan seluruh bala tentara itu sendirian. Dengan pengalamannya sebagai veteran perang, dia membabat habis semua orang yang tetep berusaha maju, sebelumnya akhirnya sebuah serangan dari salah satu pemberontak mengenai kakinya dan membuat dia terjatuh lalu dikeroyok ramai-ramai hingga tewas. Sial bagi Galba, saat bersiap untuk melarikan diri. Sang pembawa kereta rupanya sudah kabur duluan. Terjebak dan tak ada jalan keluar, Galba akhirnya tewas dikeroyok juga oleh pemberontak, kepalanya dipotong lalu diarak keliling kota.
Tidak ada yang tahu bagaimana nasib mayat Densus waktu itu, mungkin nasibnya tidak jauh berbeda dengan si Galba, tapi sampai saat ini tidak ada yang menyangka kalo ternyata ada orang yang berani melawan ratusan orang sendirian dengan hanya menggunakan sebilah pisau. Menurut saya, Densus adalah contoh orang berdedikasi dengan pekerjaannya, tidak perduli gimana situasi dan kondisi, ia tetap menjalankan pekerjaan itu dengan sungguh-sungguh.
Akhirnya, saat itu ternyata sedang terjadi pemberontakan dikerajaan. Para prajurit yang ada semuanya menjadi pemberontak, diotak mereka hanya ada satu kata yaitu "Kaisar Galba Harus Mati!". Densus yang waktu itu bertugas menjaga istana kemudian melihat sekerumunan prajurit pemberontak dengan tampang bengis berjalan menuju istana. Mencium sesuatu yang tidak beres, ia lalu mencoba menghalau sekerumunan orang itu dengan tongkat kayunya dan memerintahkan mereka semua untuk mundur.
Menyadari kalau kerumunan orang haus darah itu tidak akan takut cuma karena sebatang tongkat, dia lalu menghunuskan Pugio miliknya (pugio ialah sebuah pisau yang panjangnya tidak lebih dari setengah pedang prajurit Romawi) dan berteriak sekali lagi memerintahkan mereka untuk mundur. Namun rupanya para pemberontak itu tetep maju dan Densus tidak ada pilihan lain.
Hampir terkepung, Densus melawan seluruh bala tentara itu sendirian. Dengan pengalamannya sebagai veteran perang, dia membabat habis semua orang yang tetep berusaha maju, sebelumnya akhirnya sebuah serangan dari salah satu pemberontak mengenai kakinya dan membuat dia terjatuh lalu dikeroyok ramai-ramai hingga tewas. Sial bagi Galba, saat bersiap untuk melarikan diri. Sang pembawa kereta rupanya sudah kabur duluan. Terjebak dan tak ada jalan keluar, Galba akhirnya tewas dikeroyok juga oleh pemberontak, kepalanya dipotong lalu diarak keliling kota.
Tidak ada yang tahu bagaimana nasib mayat Densus waktu itu, mungkin nasibnya tidak jauh berbeda dengan si Galba, tapi sampai saat ini tidak ada yang menyangka kalo ternyata ada orang yang berani melawan ratusan orang sendirian dengan hanya menggunakan sebilah pisau. Menurut saya, Densus adalah contoh orang berdedikasi dengan pekerjaannya, tidak perduli gimana situasi dan kondisi, ia tetap menjalankan pekerjaan itu dengan sungguh-sungguh.
5 : Dian Wei (197)
Yang sudah sering membaca cerita Three Kingdoms pasti tahu dengan yang namanya Cao-Cao. Dulu dijaman Dinasti Wei, Dian adalah salah satu perwira prajurit yang punya reputasi terbaik, dan ternyata Cao-Cao tertarik lalu menjadikan dia sebagai salah satu pengawal pribadinya. Pada saat pertempuran Wancheng tahun 197 m, Dian berhasil menghabisi satu pasukan musuh disuatu pertempuran. Rupanya hal itu membuat para penguasa daerah sekitar marah. Mereka lalu merencanakan sebuah serangan mendadak ke kamp milik Cao Cao. Saat segerombolan pasukan siap melancarkan serangan, mereka menemukan Dian Wei dan beberapa prajurit sudah menghadang di depan gerbang lengkap dengan sepasang kapak besar di tangannya.
Pertarungan pun terjadi, Dian dengan kapaknya menebas semua orang yang ada didepannya (dari beberapa info, ada yang bilang kalau kapak Dian Wei ini bisa menghancurkan 10 tombak sekali tebas) hingga mengakibatkan sekitar puluhan orang mati. Merasa belum puas, ia lalu melepaskan kapaknya dan dengan tangan kosong dia menggunakan mayat musuh sebagai senjata.
Namun karena kalah jumlah, prajurit yang membantu Dian mulai gugur satu persatu. Dian pun juga telah terluka parah akibat beberapa serangan musuh. Dia sempat menghajar beberapa orang sampai mati sebelum dia sendiri akhirnya tewas karena kehabisan darah. Memastikan bahwa dia telah mati, pasukan musuh lalu memenggal kepalanya. Kematian Dian Wei tidak sia-sia, Cao Cao berhasil kabur dan memutuskan untuk berperang kemudian hari. Dia lalu berhasil menguasai hampir keseluruhan Cina dengan tangannya sendiri dan secara langsung mengakhiri jaman Tiga Dinasti.
Beberapa sejarah mengatakan, setelah mendengar kematian Dian Wei, Cao Cao sangat merasa kehilangan. Ia lalu memerintahkan beberapa pesuruhnya untuk mencuri mayat Dian Wei supaya dia bisa dikubur dengan layak. Setiap kali Cao Cao melewati makamnya dia selalu bersedih, demi mengingat jasa-jasanya, Cao Cao mengangkat lalu anak Dian Wei yang bernama Dian Man menjadi mayor komandan.
4 : Vikings at Stamford Bridge (1066)
Pada tahun 1066, waktu itu sejumlah Viking yang memutuskan untuk istirahat sejenak sebelum melakukan invasi disergap oleh pasukan Inggris ditempat yang dikenal dengan Jembatan Stamford. Karena diserang tiba-tiba, mereka tidak sempat melakukan persiapan dan seluruh peralatan mereka masih tertinggal di kapal. Kelompok Viking yang terserang terbagi dua, satu disisi timur dan yang satu lagi di sisi barat jembatan. Setelah menghabisi kelompok yang berada disisi timur, kelompok pasukan Inggris itu lalu memutuskan untuk menghabisi kelompok lainnya yang ada disebelah barat.
Saat mereka mencoba menyebrangi jembatan itulah, seorang Viking bertubuh besar lengkap dengan kapak ditanggannya telah berdiri, bersiap membunuh siapa saja yang mencoba melewatinya. Viking ini ternyata bukan prajurit sembarangan, dengan kapak miliknya, ia bisa menghancurkan baju jirah, helm dan perisai layaknya sepotong tahu, sabetan pedang pun tidak membuatnya roboh, bahkan dia seperti tidak merasakan sakit sama sekali. Puluhan prajurit Inggris pun tewas satu persatu, perlahan demi perlahan mereka kewalahan. Mereka tidak bisa melewati jembatan selama Monster Viking itu berada di atasnya.
Sampai akhirnya salah prajurit menemukan kelemahan si Viking itu. Dia lalu diam-diam menyiapkan perahu dan berenang menuju bawah jembatan. Mungkin karena sibuk menghajar orang didepannya, si Viking itu tidak menyadari kalau ada musuh berada tepat dibawah tempat dia berdiri. Dengan satu tusukan, tombak pun menembus jembatan dan tepat menusuk selangkangan si Viking. Serangan vital ini membuat Viking itu roboh, lalu dengan sigap pasukan Inggris pun mengeroyok si Viking yang telah sekarat itu hingga tewas. Pertempuran ini akhirnya dimenangkan oleh Inggris, dan lebih dari 6000 Viking tewas. Peristiwa ini kemudian menjadi apa yang dikenal dengan sebutan "Akhir Bangsa Viking"
3 : Saito Musashibo Benkei (1189)
Benkei adalah seorang raksasa yang sangat kuat. Pada waktu itu dia bergabung dengan kuil lalu menjadi biarawan. Namun dia bukan biarawan seperti pada pada umumnya yang rajin berdoa dan sembahyang didalam kuil dan tentunya tidak berhubungan dengan segala sesuatu yang berbau kontak fisik. Dulu biara atau kuil tidak cuma dijadikan sebagai tempat spiritual saja, tapi juga dijadiin sebagai pusat budaya, administrasi dan militer. Karena tidak cocok, beberapa waktu kemudian Benkei berhenti dan memutuskan untuk menjadi Yamabushi, yakni sebuah tradisi lama yang meyakini kekuatan supranatural dapat membuat seorang menjadi pendekar yang kuat.
Disebuah daerah di Kyoto, dia menantang siapapun pendekar pedang terkuat untuk mengalahkannya. Lebih dari 999 pedang telah dia kumpulkan sebelum akhirnya seseorang bernama Minamoto No Yoshitsune mengalahkannya. Sebagai tanda bukti kekalahannya, Benkei lalu bergabung dengan Yoshitsune dan berperang melawan Klan Taira.
Semua berjalan baik, kesuksesan demi kesuksesan diraih duo itu, sebelum pada akhirnya saudara tertua Yoshitsune, Minamoto No Yoritomo karena cemburu memfitnah Yoshitsune sebagai pengkhianat. Mengetahui segalanya akan segera berakhir, Yoshitsune memutuskan kalau jalan terbaik mengakhiri semua ini adalah dengan melakukan ritual Sepukku yang tidak lain adalah ritual bunuh diri. Supaya ritual ini lancar, benkei lalu menjaga istana tempat Yoshitsune berada.
Telah terkepung dari segala penjuru, Benkei menjaga satu-satunya gerbang utama memastikan agar tidak ada siapapun yang bisa lewat. Satu persatu prajurit mencoba maju untuk melawan, namun tidak ada satupun yang bisa lewat karena semuanya tewas ditangan Bengkei. Dengan segala kekuatannya Benkei menghabisi siapa saja yang mencoba lewat. Memberikan waktu bagi Yoshitsune untuk menyelesaikan ritual bunuh dirinya.
Menyadari prajurit yang maju itu tidak ada yang berhasil, pasukan musuh memutuskan untuk menembakkan hujan panah kearah Benkei. Puluhan panah berhasil menembus badannya, tetapi Benkei tidak langsung roboh, butuh beberapa waktu untuk menyadari kalau ternyata Benkei sudah mati walaupun dalam keadaan berdiri. Yoshitsune sudah melakukan ritualnya dan dia mati dalam keadaan terhormat. Sampai saat ini, figur Benkei mati berdiri masih terkenal di Jepang.
2 : Frank Luke (1918)
Pada waktu perang dunia pertama, karena teknologi belum canggih, balon udara biasa oleh Jerman digunakan sebagai alat pengintai. Diliat dari fisiknya saja sebenarnya alat pengintai ini merupakan mangsa yang empuk, tapi karena dilindungi oleh satu skuadron pesawat tempur dan pasukan artileri anti udara, usaha untuk menghancurkannya bisa jadi perbedaan antara hidup dan mati.
Frank Luke adalah salah satu dari sekian pilot pesawat tempur Amerika yang mempunyai reputasi terbaik untuk urusan yang satu ini. Bahkan dalam 10 kali penerbangan dia sempat menjatuhkan 14 balon pengintai dan 4 pesawat tempur musuh. Sebuah rekor yang tak terkalahkan selama perang dunia pertama.
Penerbangan terakhir luke terjadi di Murvaux, Perancis tahun 1918. Sendirian dalam jantung pertahanan musuh dia berniat untuk menjatuhkan sekumpulan balon udara yang ada didepannya. Dimulai dengan terbang rendah, dia berhasil menjatuhkan dua balon udara pertamanya. Saat berusaha menghindari serangan dari artileri anti udara dan tembakan senapan mesin, 1 skuadron pesawat tempur musuh menukik dari atas dan siap untuk mengejarnya.
Terkepung baik di darat dan di udara tidak menyurutkan niat Luke untuk terus menyerang. Setelah menghindari beberapa serangannya akhirnya dia berhasil menjatuhkan balon ke tiga dan seterusnya. Pada saat yang bersamaan Luke sebenarnya sudah terluka parah, rentetan tembakan senapan mesin dari sebuah bukit rupanya telah menembus badan pesawat dan mengenai punggungnya. Memastikan kalau tidak ada lagi balon udara yang terbang, Luke lalu memutuskan untuk mendarat darurat disatu lapangan terbuka.
Setelah berhasil mendarat, menyadari kini dia sudah tidak bisa kemana-mana lagi dan terkepung dari segala penjuru, Luke memutuskan untuk tidak mati begitu aja. Dengan terluka parah, ia lalu mengeluarkan pistol Colt Model 1911 miliknya lalu menembak beberapa tentara Jerman yang ada didepannya sebelum akhirnya tewas karena luka tembak didada dan punggungnya. Ia menjadi penerbang pesawat tempur Amerika pertama yang dianugerahi medali kehormatan "Medal Of Honor".
1 : Thomas A. Baker (1944)
Sersan Baker adalah bagian dari gabungan angkatan darat & laut Amerika Serikat yang ditugaskan untuk merebut pulau Mariana Saipan dari tangan Jepang. Di satu hari saat beberapa pasukannya terdesak oleh serangan senapan mesin dari musuh, baker mengambil sebuah peluncur roket berlari beberapa meter menuju bunker tentara jepang, dan.. Duarrr! Satu tembakan roket membuat bunker kecil itu hancur rata dengan tanah.
Saat hari terakhirnya, Baker menyadari kalau dia beserta pasukannya kini berhadapan dengan 5.000 lebih tentara jepang bersenjata lengkap + bayonet. Terkepung dari tiga arah sekaligus, baker bersiap untuk melakukan serangan.
Gelombang serangan pertama dari tentara jepang membuatnya mendapatkan luka yang cukup serius, saat pelurunya habis dia menggunakan apapun yang ada didepannya sebagai senjata, bahkan dia sempat menghajar beberapa musuh dengan tangan kosong. Karena terluka parah, Baker lalu ditandu dari medan pertempuran. Saat itu hampir semua tentara Amerika terpaksa dipukul mundur, tapi Baker rupanya menyadari dirinya yang terluka hanya akan memperlambat pasukannya. Satu permintaan terakhir, dia minta diturunkan dan dibaringkan kebelakang pohon, berbekal sepucuk pistol Colt 1911 terisi 8 peluru penuh dia menyuruh semua pasukannya untuk segera mundur secepat mungkin.
Saat Amerika berhasil merebut pulau Saipan dibulan itu juga, mereka menemukan jasad Baker masih bersender ditempat yang sama saat mereka tinggalkan. Pistol Colt 1911 yang dipegangnya telah kosong. Didepannya kini tergeletak 8 tentara Jepang yang tewas, sama seperti jumlah peluru yang dimiliki baker disaat terakhirnya. Kalau kita lihat, ternyata kisah Baker mirip dengan Agis, sama-sama mementingkan nyawa pasukan daripada keselamatan dirinya sendiri.
------------------||-------------------
Itulah tadi ke-7 prajurit paling hebat yang mati dimedan pertempuran yang sangat berani demi membela negaranya versi Assant Magazine
Baca Selengkapnya...